Laman

my blog

Lisna Aswida

Minggu, 01 April 2012


RENCANA KENAIKAN BBM DARI SEGI EKONOMI
Rencana pemerintah menaikkan harga BBM pada awal April mendatang ramai menghiasi ruang publik akhir-akhir ini. Terlepas jadi atau tidaknya kebijakan ini, tentu akan lebih baik jika kita sudah mempersiapkan dampaknya. Tanpa antisipasi dan pengendalian yang baik, kenaikan harga BBM bukan hanya akan berdampak pada aspek ekonomi, namun juga dapat merembet ke aspek sosial dan politik.
Rencana kenaikan harga BBM bersubsidi dari Rp4.500 menjadi Rp6.000 mengingatkan kita pada kenaikan BBM yang terjadi pada Maret 2005 dan Mei 2008 dengan besaran yang kurang lebih sama yaitu sekitar ± 30 persen. Dampak kebijakan kenaikan BBM terasa lebih besar pada 2008 karena dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas global yang berkorelasi positif dengan kenaikan biaya produksi.
Rencana kenaikan BBM tahun 2012 juga bukannya tanpa tantangan. Rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), kenaikan harga komoditas global, pembatasan impor hortikultura menjadi faktor-faktor potensial yang dapat semakin mengerek angka inflasi. Karenanya, kita musti lebih bersiap-siap untuk mengantisipasi kenaikan BBM tahun ini dengan mengelola hal-hal yang dapat dikontrol sehingga dampak kenaikan BBM dapat ditekan serendah mungkin.
EKSPEKTASI MASYARAKAT
Kenaikan harga BBM sejatinya berpengaruh pada keranjang IHK untuk kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, khususnya sub kelompok transportasi. Secara natural, rencana kenaikan harga BBM sebesar 33,3 persen sebenarnya tidak terlalu berpengaruh besar terhadap pembentukan angka inflasi secara keseluruhan. Namun kuatnya hubungan BBM dengan komoditas lain dan ekspektasi inflasi masyarakat membuat pengaruh kenaikan BBM terhadap pembentukan angka inflasi menjadi sangat besar.
Ekspektasi inflasi oleh Dornbusch dijelaskan sebagai perkiraan rasional mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Masyarakat berasumsi adanya kenaikan harga BBM akan diikuti oleh kenaikan harga barang-barang lain. Sebagai langkah antisipasi, masyarakat melakukan belanja besar-besaran (panic buying), selagi harga belum naik. Langkah antisipasi ini selintas memang nampak rasional. Namun jika dilihat secara lebih makro, langkah antisipasi ini justru menciptakan kenaikan permintaan yang cukup tinggi padahal sisi penawaran tidak mengalami perubahan. Akibatnya, harga naik. Padahal jika saja masyarakat tetap berlaku normal dan tidak melakukan panic buying, kenaikan harga tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi.
Pada konteks ini, peran pemerintah dan media massa menjadi sangat penting. Pemerintah perlu melalui media massa perlu melakukan edukasi kepada masyarakat agar tidak melakukan panic buying. Bahwa sesungguhnya yang mengalami kenaikan harga hanya BBM saja, bukan semua barang kebutuhan masyarakat. Bahwa persediaan barang kebutuhan masyarakat juga dalam keadaan cukup.
Pernyataan pemerintah ini juga harus diiringi dengan penyediaan barang kebutuhan masyarakat yang memadai. Hal ini dapat dimulai dari persediaan BBM itu sendiri. Pemerintah dapat meminta Pertamina untuk menjamin kebutuhan masyarakat menjelang dan setelah kenaikan BBM dalam keadaan cukup. Kecukupan pasokan ini penting untuk menjaga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap stabilitas persediaan BBM. Selain BBM, pemerintah melalui dinas teknis terkait juga harus memastikan bahwa persediaan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat dalam keadaan cukup.
Media massa selain sebagai jalur edukasi, media juga punya peran istimewa. Dalam dunia jurnalisme modern, khususnya di era reformasi, media massa mempunyai keleluasaan untuk membentuk frame sesuai dengan ide dan kepentingan media itu sendiri. Dalam konteks kenaikan harga BBM, media dapat membentuk opini publik yang mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat. Opini masyarakat dapat diarahkan untuk tidak melakukan panic buying yang dapat menimbulkan kenaikan harga secara agregat.
Pada akhirnya, sinergi pemerintah dan media massa menjadi sangat penting mengingat masyarakat terkadang membuat asumsi sendiri karena adanya informasi yang asimetrik. Adanya informasi resmi dan berimbang yang disampaikan oleh otoritas berwenang—dalam hal ini pemerintah—membantu masyarakat memperoleh informasi yang pasti sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat. Pengelolaan ekspektasi inflasi masyarakat yang baik akan berpengaruh positif pada pengendalian dampak kenaikan harga BBM.
PENIMBUNAN
Sepeti tertulis dalam hukum ekonomi, manusia mempunyai kecenderungan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Momentum kenaikan BBM bagi sebagian kalangan juga dapat dijadikan kesempatan untuk mengail keuntungan sebesar-besarnya. Menjelang kenaikan BBM, biasanya ada saja orang yang memborong BBM dan barang kebutuhan pokok dalam jumlah besar untuk disimpan sampai dengan terjadinya kenaikan harga. Sesaat, sang pelaku sepertinya memang mendapatkan keuntungan yang cukup besar. Padahal perilaku seperti ini akan mengerek harga barang secara lebih luas. Dampak kenaikan harga ini jelas merugikan masyarakat yang pada akhirnya juga berpengaruh pada pelaku penimbun itu sendiri.  
Perilaku penimbunan jelas merugikan. Oleh karena itu, perilaku ini harus diantisipasi bersama-sama. Ujung tombak upaya ini adalah penegak hukum dalam hal ini kepolisian. Polisi melakukan identifikasi lokasi dan pelaku penimbunan untuk kemudian melakukan tindakan hukum. Apabila upaya ini dapat dilakukan secara efektif, potensi penimbunan dapat direduksi sehingga dampak kenaikan harga BBM dapat relatif terkendali.
OPERASI PASAR DAN KOORDINASI
Dalam hal diperlukan, pemerintah juga dapat mengambil inisiatif dengan melakukan operasi pasar untuk barang-barang kebutuhan pokok. Secara share, operasi pasar memang tidak besar. Namun operasi pasar adalah bentuk kepedulian pemerintah terhadap pergerakan harga yang terjadi di tengah masyarakat. Operasi pasar adalah wujud nyata dari kepedulian pemerintah untuk membantu masyarakat memenuhi barang kebutuhan pokok dengan harga terjangkau.
Dampak operasi pasar, baik secara langsung maupun tidak, cukup positif terhadap pengendalian harga. Secara psikologis, masyarakat merasa bahwa pemerintah peduli akan pergerakan harga. Ketika harga naik, pemerintah akan turun tangan. Pada jangka panjang hal ini akan berkontribusi positif pada pembentukan ekspektasi inflasi masyarakat terhadap pengendalian harga. Di sisi pedagang, kepedulian pemerintah akan membuat mereka berpikir dua kali untuk memainkan harga dengan tidak wajar.
Upaya lain yang lebih normatif dapat dilakukan dengan menggandeng para pelaku usaha besar sebagai mitra dalam pengendalian dampak kenaikan harga BBM. Para pelaku usaha diharapkan dapat tetap mempertahankan harga agar tetap pada level yang stabil. Kenaikan harga barang sedapat mungkin dilokalisir hanya sebatas pada barang-barang yang memang berhubungan kuat dengan BBM. Kombinasi upaya-upaya tersebut, jika dilakukan dengan efektif dan terkoordinasi, akan dapat mengurangi dampak buruk akibat kenaikan harga BBM.

NAMA            : LISNA ASWIDA
NPM               : 24210048
KELAS           : 2 EB 19



Tidak ada komentar:

Posting Komentar