ISU ETIKA
SIGNIFIKAN DALAM DUNIA BISNIS DAN PROFESI
NAMA : LISNA ASWIDA
KELAS : 4EB19
NPM : 24210048
1.
BENTURAN
KEPENTINGAN
Benturan
kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan
kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris, atau pemegang saham utama
perusahaan.
Perusahaan
menerapkan kebijakan bahwa personilnya harus menghindari investasi, asosiasi
atau hubungan lain yang akan mengganggu, atau terlihat dapat mengganggu, dengan
penilaian baik mereka berkenaan dengan kepentingan terbaik perusahaan. Sebuah
situasi konflik dapat timbul manakala personil mengambil tindakan atau memiliki
kepentinganyang dapat menimbulkan kesulitan bagi mereka untuk melaksanakan
pekerjaannya secara obyektif dan efektif.
Benturan
kepentingan juga muncul manakala seorang karyawan, petugas atau direktur, atau
seorang anggota dari keluarganya, menerima tunjangan pribadi yang tidak layak
sebagai akibat dari kedudukannya dalam perusahaan. Apabila situasi semacam itu
muncul, atau apabila individu tidak yakin apakah suatu situasi merupakan
benturan kepentingan, ia harus segera melaporkan hal-hal yang terkait dengan
situasi tersebut kepada petugas kepatuhan perusahaan. Apabila manajemen senior
perusahaan menetapkan bahwa situasi tersebut menimbulkan benturan kepentingan,
mereka harus segera melaporkan benturan kepentingan tersebut kepada komite
pemeriksa.
Terdapat
8 Kategori situasi benturan kepentingan (conflict of interest) tertentu,
sebagai berikut:
1) Segala
konsultasi atau hubungan lain yang signifikan dengan atau berkeinginan
mengambil andil di dalam aktivitas pemasok, pelanggan atau pesaing
(competitor)..
2) Segala
kepentingan pribadi yang berhubungan dengan kepentingan perusahaan.
3) Segala
hubungan bisnis atas nama perusahaan dengan personal yang masih ada hubungan
keluarga (family) atau dengan perusahaan yang dikontrol oleh personal tersebut.
4) Segala
posisi dimana karyawan dan pimpinan perusahaan mempunyai pengaruh atau control
terhadap evaluasi hasil pekerjaan atau kompensasi dari personal yang masih ada
hubungan keluarga
5) Segala
penggunaan pribadi maupun berbagai atas informasi rahasia perusahaan demi suatu
keuntungan pribadi, seperti anjuran untuk membeli atau menjual barang milik
perusahaan atau produk, yang didasarkan atas informasi rahasia tersebut
6) Segala
penjualan pada atau pembelian dari perusahaan yang menguntungkan pribadi
7) Segala
penerimaan dari keuntungan, dari seseorang / organisasi / pihak ketiga yang
berhubungan dengan perusahaan
8) Segala
aktivitas yang berkaitan dengan insider trading atas perusahaan yang telah go
public yang merugikan pihak lain.
2.
ETIKA
DALAM TEMPAT KERJA
Etika
bisnis sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang harmonis, serta
untuk memberi citra positif pada perusahaan tempat Anda bekerja. Meski ada
sekelompok orang yang lebih mementingkan ketrampilan teknis dan kecerdasan,
namun sekarang makin banyak perusahaan yang lebih memilih karyawan yang mampu
bertata krama dengan sejawat, terlebih pada klien. Seperti kata John
Rockefeller (industriawan terkemuka Amerika di era-1870-an, pendiri cikal bakal
Exxon Mobile), “Kamampuan bertata krama terhadap orang lain akan saya nilai
lebih tinggi daripada kemampuan-kemampuan lain”.
Sikap
baik menurut suatu tata krama bukan berarti bersikap sebagai seorang yang tahu
segalanya atau mengoreksi kesalahan orang lain. namun suatu usaha untuk
menghormati pihak lain dan memperlakukan mereka dengan sopan dan baik.
3.
AKTIVITAS
BISNIS INTERNASIONAL-MASALAH BUDAYA
Bagaimana
cara dan perilaku manusia melakukan sesuatu serta bagaimana suatu kelompok individu
membentuk kebiasaan. Kepemimpinan berperan sebagai motor yang harus mampu
mencetuskan dan menularkan kebiasaaan produktif di lingkungan organisasi. Maka
dengan demikian, masalah budaya perusahaan bukanlah hanya apa yang akan
dikerjakan sekolompok individu melainkan juga bagaimana cara dan tingkah laku
mereka pada saat mengerjakan pekerjaan tersebut.
Seorang
pemimpin memiliki peranan penting dalam membentuk budaya perusahaan. Hal itu
bukanlah sesuatu yang kabur dan hambar, melainkan sebuah gambaran jelas dan
konkrit. Jadi, budaya itu adalah tingkah laku, yaitu cara individu bertingkah
laku dalam mereka melakukan sesuatu.
Tidaklah
mengherankan, bila sama-sama kita telaah kebanyakan perusahaan sekarang ini.
Para pemimpin yang bergelimang dengan fasilitas dan berbagai kondisi kemudahan.
Giliran situasinya dibalik dengan perjuangan dan persaingan, mereka mengeluh
dan malah sering mengumpat bahwa itu semua karena SDM kita yang tidak kompeten
dan tidak mampu. Mereka sendirilah yang membentuk budaya itu (masalah budaya).
Semua karena percontohan, penularan dan panutan dari masing-masing pemimpin.
Maka timbul paradigma, mengubah budaya perusahaan itu sendiri.
Budaya
perusahaan memberi kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan perilaku
etis, karena budaya perusahaan merupakan seperangkat nilai dan norma yang
membimbing tindakan karyawan. Budaya dapat mendorong terciptanya prilaku. Dan
sebaliknya dapat pula mendorong terciptanya prilaku yang tidak etis.
4.
AKUNTABILITAS
SOSIAL
Tujuan
Akuntanbilitas Sosial, antara lain :
a) Untuk
mengukur dan mengungkapkan dengan tepat seluruh biaya dan manfaat bagi
masyarakat yang ditimbulkan oleh aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan
produksi suatu perusahaan
b) Untuk
mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya,
mencakup : financial dan managerial social accounting, social auditing.
c) Untuk
menginternalisir biaya sosial dan manfaat sosial agar dapat menentukan suatu
hasil yang lebih relevan dan sempurna yang merupakan keuntungan sosial suatu
perusahaan. Salah satu alasan utama kemajuan akuntabilitas sosial menjadi
lambat yaitu kesulitan dalam pengukuran kontribusi dan kerugian.
5.
MANAJEMEN
KRISIS
Krisis
dapat diartikan sebagai suatu waktu yang tidak stabil atau pernyataan tentang
suatu pekerjaan dimana suatu perubahan yang sangat menentukan menjadi tertunda.
Krisis manajemen sebaiknya meliputi seni memindahkan resiko dan ketidakpastian
dalam rangka untuk mencapai pengendalian yang lebih (melebihi tujuan dasar).
Dasar fundamental manajemen krisis adalah memahami empat fase krisis yaitu:
·
Warnig (peringatan) pre krisis; deteksi
Acute :
-
beberapa keurgain atau kerusakan telah
terjadi, berapa banyak tambahan kerusakan yang mungkin terjadi tergantuk kepada
kita
-
mencoba untuk kendalikan krisis
-
jika tidak bisa, cobalah untuk
mempengaruhi dimana, kapan dan bagaimana krisis tersebut akan terjadi
·
Chronic :
-
clean up dan recovery
-
post mortem; self analysis
-
rencana krisis manajemen selanjutnya
-
dapat tetap hidup/ bertahan
·
Resolution (penyelesaian) : Ketika
keadaan telah membaik dan telah utuh kembali
REFERENSI
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar